Di ajang drag bike kelas Matic Tune up 200 cc, itu adalah kelasnya para ‘Monster’. Karena kelas ini dihuni oleh petarung andal seperti Eko Chodox, Hendra Kecil dan pembalap top lainnya.
Tapi, siapa sangka kalau Stevanus Nawier berhasil menapaki podium puncak di event Perwira Drag Bike di Purbalingga, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Apalagi, Yamaha Mio pacuannya hanya menggunakan paking lembaran untuk mendapatkan kompresi yang padat.
Artinya, kuda besi racikan Pele dari Pells Racing (PR), Solo, Jawa Tengah ini tanpa naik stroke. Olahan power didapat dari diameter piston yang padat mengumpan energi kalor saat diletik busi.
“Setang piston dan daleman kruk as masih standar semua, hanya naik cc dan mencari tenaga dari olahan piston Honda Tiger oversize 275. Jadi, diameternya sekitar 66 mm. Ketemu total kapasitas mesin 198 cc, dibulatkan jadi 200 cc,” cuap Pele yang klimis ini.
Gebukan piston NPP diameter 66 mm diaplikasi untuk memukul ruang bakar. “Kompresi cukup rendah sebenarnya, hanya bermain diangka 12,8 : 1. Itu karena saya cari aman agar piston enggak sampai pecah. Bahan bakar pun saya pakai oktan tinggi dari bensol. Agar power maksimal,” kata pria enerjik ini.
Olahan kompresi ini dikail dari ruang bakar model gentong. Ada beberapa model kubah sesuai racikan tunner, seperti model bathub dan lain-lain.
Namun Pele pede dengan ubahan kubah model gentong ini. Sebab dengan diameter piston besar, ruang kubah otomatis lebih lebar. Mampu menampung ukuran diameter klep yang lebih besar.
Makanya klep EE ukuran 34 mm untuk in dan ex 28 mm mampu dipasang tanpa takut nyundul piston. Sebab kubahnya memang lebar model gentong. Tak heran tenaga puncak dari ledakan piston begitu besar. Sebab model gentong mampu menampung bahan bakar yang banyak dan diledakan sempurna.
Sedangkan ubahan noken as masih seperti biasa. Klep in membuka pada 38 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup pada 67 derajat TMB (Titik Mati Bawah).
Untuk ex-nya durasi serupa klep in diaplikasi. Hanya dibalik saja. Yaitu, 67 derajat membuka sebelum TMB dab dan menutup pada 38 derajat setelah TMA. Racikan ini terbukti optimal apalagi lift kem juga tinggi. Sekitar 11 mm.
Yang unik, perangkat akselerasi alias racikan daleman CVT justru masih memakai komponen standar. Seperti pully, belt. Tetapi untuk roller, memakai ukuran berat 7 gram.
“Saya memang memaksimalkan komponen standar, seperti halnya kruk as asli. Untuk komponen CVT saya belum perlu melakukan upgrade karena material aslinya masih mumpuni digebuk kapasitas 200 cc,” Papar Arif Kurniawan, bos Pells Jambu Alas tempat Stevanus nawier bernaung.
Biar suhu di mesin tidak terlalu tinggi, butuh pendingan sempurna. Hal ini disiasati dengan aplikasi spuyer gajah. Kan bahan bakar, selain sebagai pembakaran, juga berfungsi sebagai pendingin.
Makanya, spuyer mengaplikasi pilot-jet 45 dan main-jet 128. Kombinasi ini pas dengan karbu NSR SP yang direamer jadi 31.5mm.
No comments: